asWw...

weLcome to my bLog.... selamat Membaca ^^_

me

me
so sweet

Cari Blog Ini

Minggu, 20 Maret 2011

_..Keutamaan Puasa Enam Hari SyawaL.._

_Abu Ayyub al-Anshari radhiallaahu 'anhu meriwayatkan,
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya
dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun."
(HR. Muslim)

_Imam Ahmad dan an-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban,
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Puasa Ramadhan ganjarannya sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan,
sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya)
sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka bagaikan berpuasa selama setahun penuh."
(HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hubban dalam "Shahih" mereka)

_Dari Abu Hurairah radhallaahu 'anhu,
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa berpuasa Ramadhan lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal,
maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun." (HR. al-Bazzar)

_Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan
dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa enam hari penuh,
karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali kelipatannya,
sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.

_Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfa'at,
di antaranya:
1. Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan,
merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawathib,
berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan,
karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu
akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah.
Sebagaimana keterangan yang datang
dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam di berbagai riwayat.
Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan,
maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan,
karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seseorang hamba,
pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya.
Sebagian orang bijak mengatakan,
"Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya."
Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain,
maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.

Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan sesuatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk,
maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.

_Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka-
dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lalu.
Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya
pada hari Raya Iedul Fithri yang merupakan hari pembagian hadiah,
maka membiasakan puasa setelah Iedul Fithri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini.
Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.

_oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur
seorang hamba atas pertolongan dan ampuan yang telah
dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan.
Tetapi jika ia justru mengggantinya dengan perbuatan maksiat,
maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran.
Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi,
maka puasanya tidak akan terkabul,
ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali.

Allah Ta'ala berfirman,"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan
yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai lagi." (QS. an-Nahl: 92)

5. Dan di antara manfa'at puasa enam hari di bulan Syawal
adalah amal-amal yang dikerjakan seorang hamba
untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan
tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.
Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya,
yakni orang yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi.
Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan,
sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.

Barangsiapa yang mereka demikian maka sulit baginya
untuk bersegera kembali melaksanakan puasa,
padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan puasa
setelah Iedul Fithri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa,
ia tidak merasa bosan dan berat apalagi benci.

_Seorang ulama Salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh
dalam ibadahnya di bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka
tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar,
"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal
Allah Ta'ala secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja,
padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh di sepanjang tahun."

_Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan
memulai membayarnya di bulan Syawal,
karena hal itu akan mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya.
Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal.
Dengan demikian telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.

Ketahuilah amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya.
Allah Ta.a'a berfirman, "Dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS. al-Hijr: 99)

_Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa serta shadaqah
yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri
kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang tahun,
karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, diantaranya;
ia sebagai pelengkap dari kekuarangan yang terdapat pada fardhu,
merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada Hamba-Nya,
sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapuskannya dosa
dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.

Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan,
shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu keharibaan Nabi,
segenap keluar dan sahabat beliau.

^Risalah_ Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah.

^17 September 2010 jam 8:12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar