asWw...

weLcome to my bLog.... selamat Membaca ^^_

me

me
so sweet

Cari Blog Ini

Rabu, 02 Juni 2010

karakterisasi
1. AGUS BUDIONO
Bujang lapuk berumur 30 tahun, anak tunggal dari Raden Cokrosasmito Hadiwidjojo yang manja, keturunan orang kaya, berpenyakit jantung, lemah dan sakit-sakitan.\
2. RAHAYU WALANDARI
Anak gadis semata wayang dari Raden Suwiryo Djajadiningrat, tamatan SKP, berusia sekitar 25 tahun, manja dan agak keras kepala, rajin dan pandai.
3. RADEN SUWIRYO DJAJADININGRAT
Berusia sekitar 60 tahun, kolot, pelit dan agak egois, mudah lelah dan marah.
Tujuan Utama Peran
A. Tujuan utama watak dalam seluruh naskah
1. AGUS BUDIONO :
Meminang putri Raden Suwiryo yang bernama Rahayu Wulandari.
2. RAHAYU WULANDARI :
Menerima lamaran Agus Budiono
3. RADEN SUWIRYO :
Menyetujui keinginan Agus Budiono yang bermaksud melamar Rahayu .


^naskah*

Adegan I :
(berkunjung dengan alasan ingin mengungkapkan isi hatinya)
AGUS :(mengetuk pintu)
SUWIRYO :Ealah, alah alah, ada orang rupanya. Ooo Agus Budiono, walah walah… kok njanur gunung. Apa kabar ?
Baik….? (mereka bersalaman)
AGUS :Baik, terima kasih, bagaimana dengan bapak ?
SUWIRYO :Baik, baik. Terima kasih atas doamu, wel geduwel bleh…….duduklah. Memang tidak baik melupakan tetanggamu, Agus. Tapi, tunggu dulu, tumben kau kok pakai pakaian resmi-resmian ? Pakai Jas, dasi, sapu tangan, wel geduwel……………..Mau kondangan kemana ?
AGUS :Bukan, saya hanya ingin mengunjungi Pak Suwiryo Djajadiningrat yang baik.
SUWIRYO :Lalu mengapa pakai jas segala ? Seperti lebaran saja. Poso ae durung. Kurang sak sasi engkas.
AGUS :Begini soalnya (memegang tangannya sendiri), saya mengunjungi Pak Suwiryo yang baik, karena ada satu permintaan. Sudah lebih dari satu kali saya merasa sangat beruntung mendapat pertolongan dari njenengan pak dan selalu boleh dikatakan……………..tapi saya, saya begitu gugup. Bolehkah saya minta segelas air Pak Suwiryo ? ………….segelas air !
SUWIRYO :(kesamping mengambil minuman) Paling mau utang duwit lagi. Tapi tak mungkin kuberi. (kpd Agus) Ada apa sebenarnya Gus ?
AGUS :Terima kasih Pak Suwiryo……..maaf………Pak Suwiryo Djajadiningrat yang baik, saya begitu gugup, pendeknya tak seorangpun bisa menolong saya, kecuali panjenengan. Meskipun saya tak patut menerimanya dan tak berhak pula mendapat pertolongan dari panjenengan pak.
SUWIRYO :Ah, Agus jangan bertele-tele, langsung saja, ada apa ?
AGUS :Segera, segera, soalnya adalah saya datang untuk melamar putri Bapak (berbalik badan)
SUWIRYO :(dengan girang) Anakku Agus, Agus Budiono, ucapkanlah itu sekali lagi, aku hampir tidak percaya.
AGUS :Saya merasa terhormat untuk meminang…………….
SUWIRYO :Anakku sayang, aku sangat gembira, wel geduwel………(memeluk) Aku sudah mengharapkannya lama sekali, memang itulah keinginanku, aku selalu mencintaimu Agus, seperti kau ini anakku sendiri. Moga-moga Tuhan memberkahi kalian, memberikan kalian cinta, nasib baik, wel geduwel……..aku selalu mengharapkannya……………mengapaaku berdiri disini seperti tiang ? Aku membeku karena girang, membeku seratus persen seluruh hatiku. Sebaiknya aku panggil Rahayu ……………. wel geduwel bleh………..

Adegan II
Agus; menceritakan tentang kehidupan dirinya yang ingin cepat kawin.

AGUS :Pak Suwiryo Djajadiningrat yang baik, bagaimana pak ? Bolehkah aku mengharapkan dia menerima lamaranku ?
SUWIRYO :Bagi seorang yang gantengnya seperti kau, dia akan menerima lamaranmu. Aku yakin sekali, ia sudah rindu seperti kucing,wel geduwel bleh………..sebentar…………….(keluar)
AGUS :Aku kedinginan, gemetar seperti hendak menempuh ujian penghabisan, tapi baiknya adalah memutuskan sesuatu sekarang juga, kalau orang berpikir terlalu lama, ragu-ragu membicarakannya, menunggu kekasih yang cinta sehidup semati, akhirnya malah tidak kawin-kawin……… brrr……aku kedinginan. Rahayu Wulandari gadis yang baik, ia pandai memimpin rumah tangga, ia tidak jelek, terpelajar, tamatan SKP, apalagi yang aku inginkan ? Tapi aku sudah pening, aku gugup (minum). Ohh… aku harus kawin. Pertama, aku sudah berumur 30 tahun, boleh dikatakan umur yang kritis juga. Aku butuh hidup teratur dan tidak terlalu tegang, karena aku punya penyakit jantung, selalu berdebar-debar, aku selalu terburu-buru, bibirku gemetar dan mataku yang kanan selalu berkerinyut-kerinyut. Kalau aku baru naik ranjang dan mulai terbaring, ooohhh……..pinggang kiriku sakit. Aku bangun, meloncat seperti orang kalap ! Aku bejalan sedikit baru kemudian aku pergi tidur lagi, tapi kalau aku hampir ngantuk datang lagi penyakit itu dan ini berulang sampai dua puluh kali.
....(Rahayu masuk)....
ADEGAN III
Agus ; ingin mengungkapkan isi hatinya yang berniat melamar Rahayu.
AGUS :Apa kabar Rahayu Wulandari yang baik ?
RAHAYU :BAIK...
Maafkan kalau bajuku jelek, aku sedang mengiris buncis di dapur. Mengapa sudah lama tidak datang ? Duduklah (mereka duduk). Sudah makan ? Mau rokok? …………ini koreknya. Hari terang sekali, sehingga petani-petani tak dapat kerja. Sudah berapa jauh hasil panenmu ? Sayang aku terlalu serakah memotong tanaman, sekarang aku menyesal. Aku takut busuk, aku seharusnya menunggu. (memandang sebentar baru menyadari) Eeh, apa ini ? Pake baju begini…….baru ? Mau pergi kemana Agus ? Ouu…….kau sangat cakep sekarang ! Ada apa ?,,,,,Ada apa ? (hening)
AGUS :Akan kusingkat saja. Kau tahu Rahayu yang manis bahwa sejak kecil aku mengenal kau dan keluargamu. Almarhumah bibiku dan suaminya, dari mana aku, seperti kau ketahui, diwarisi tanah dan rumah, selalu menaruh hormat dan menjunjung tinggi ayah dan ibumu. Keluarga Cokrosasmito ayahku dan dan keluarga Raden Suwiryo ayahmu, selalu rukun dan boleh dikatakan sangat intim. Lebih-lebih lagi seperti kau ketahui, tanahku berdampingan dengan tanahmu. Barangkali kau masih ingat lapangan Sarigadingku yang dibatasi oleh pohon-pohon…………..
RAHAYU :Maaf aku memotong. Kau katakan “lapangan Sarigadingku”. Apa benar itu milikmu ?
AGUS :Ya, itu milikku.
RAHAYU :Jangan keliru. Lapangan Sarigading adalah milik kami, bukan milikmu.
AGUS :Tidak, itu adalah milikku, Rahayu Wulandari yang manis.
RAHAYU :Aneh, baru kudengar sekarang. Betapa mungkin tanah itu tiba-tiba jadi milikmu ?
AGUS :Tiba-tiba jadi milikku ? Ah, ning………..aku ini sedang berbicara tentang lapangan Sarigading yang terbentang antara kebunku dan rawa kering.
RAHAYU :Aku tau, itu adalah milik kami.
AGUS :Tidak, Rahayu yang terhormat, kau keliru, itu adalah milik kami.
RAHAYU :Pikirlah apa yang kau omongkan Cak Agus yang pikun……..sejak berapa lama tanah itu jadi milikmu ?
AGUS :Apa yang kau maksudkan dengan “berapa lama” ? Sejak aku masih kencing tengkurap, tanah itu adalah milik kami.
RAHAYU :Mana bisa……… ?!
AGUS :Aku punya bukti tertulis, Rahayu Wulandari Suwiryo Djajadiningrat ……………Lapangan Sarigading dulu memang hak milik yang dipersoalkan. Tapi sekarang setiap orang tau, bahwa tanah itu milikku dan hal itu sekarang sudah tidak jadi persoalan lagi. Pikirlah baik-baik…………….nenek bibiku mengijinkan tanah itu dipakai oleh petani-petani kakek ayahmu tanpa uang sewa selama 40 tahun, dan sudah jadi kebiasaan mereka untuk menganggap tanah itu jadi milik mereka. Tapi sesudah itu, sesudah perjanjian habis, yaitu sesudah proklamasi………
RAHAYU :Semua ucapanmu sama sekali tidak benar. Ayah kakekku dan kakekku, keduanya menganggap bahwa tanah mereka memanjang sampai rawa kering. Jadi lapangan Sarigading adalah milik kami. Walah…………..aku gak ngerti apa yang jadi persoalan, ini jelas merusak suasana Agus Budiono !
AGUS :Akan kutunjukkan dokumen-dokumennya Rahayu Wulandari.
RAHAYU :Kau itu mau melucu atau memang menggoda aku ? Itu tidak lucu sama sekali. Kami memiliki tanah itu hampir 3 abad lamanya dan sekarang tiba-tiba kudengar tanah itu bukan milikku. Maaf Agus Budiono Cokrosasmito, aku terpaksa tidak dapat mempercayai ucapan-ucapanmu itu. Aku tidak tergila-gila pada tanah lapangan itu, besarnya juga tidak lebih dari 20 meter dan harganya paling juga cuman berapa juta. Tapi aku terpaksa protes karena ketidakadilan. (Agus respon mau ngomong) Kau boleh mengatakan apa yang kau sukai tapi aku tidak dapat membiarkan ketidakadilan.
AGUS :Aku mohon kau sudi mendengarkan aku. Petani-petani kakek ayahmu, seperti kukatakan tadi, membikin batu bata untuk nenek bibiku dan (menghela nafas) nenek bibiku karena ingin membalas kebaikan ini………
RAHAYU :Kakek, nenek, bibik, aku gak ngerti itu semua. Lapangan Sarigading itu adalah milik kami ! Itulah………….
AGUS :Milikku ! Milikku………!
RAHAYU :Milik kami….! Biarpun kau akan bertengkar selama 2 hari dan memakai 15 jas ini, tapi lapangan itu tetap milik kami, kami, dan kami…..Aku tak menghendaki kepunyaanmu, tapi aku gak pingin kehilangan punyaku. Sekarang kau boleh katakan apa yang kau suka.
AGUS :Aku juga tak tergila-gila pada lapangan itu, Rahayu Wulandari. Kalau kau mau akan kuberikan tanah itu padamu sebagai hadiah.
RAHAYU :Aku yang bisa berikan tanah itu padamu sebagai hadiah, karena itu adalah milikku. Ini jelas merusak suasana Agus Budiono. Percayalah, sampai sekarang aku masih memandangmu sebagai sahabat yang baik. Tahun yang lalu kami meminjamkan mesin penggilingan padi hingga bulan November dan sekarang kau berani menganggap kami sebagai kaum melarat, menghadiahi aku dengan tanahku sendiri. Maafkan aku Agus Budiono, ini bukan sikap tetangga yang baik. Bisa aku pastikan bahwa ini kuanggap sebagai suatu penghinaan.
AGUS :Kalau begitu menurut anggapanmu, aku ini kau anggap garong ? Oh, aku belum pernah merampas tanah orang lain, ning, dan aku tidak bisa membiarkan siapapun juga menghina aku dengan cara yang demikian. (minum) Lapangan Sarigading adalah milik kami.

RAHAYU :Bohong ! Milik kami !
AGUS :Milikku ! Milikku !
RAHAYU :Bohong ! Akan kubuktikan, hari ini akan kusuruh buruh kami memotong rumput di lapangan itu.
AGUS :Ya kutendang mereka semua keluar.
RAHAYU :Awas kalau berani.
AGUS :(memegang dadanya) Lapangan Sarigading adalah milikku ! Milikku !
RAHAYU :Gak usah menjerit. Kau boleh berteriak-teriak sampai kehilangan nafas karena marah kalau di rumahmu sendiri, tapi disini kuminta jangan……… kuminta agar kau tau adat.
AGUS :Kalau aku tidak sakit ning………..kalau kepalaku tidak berdenyut-denyut, aku tidak akan berteriak-teriak seperti ini. (teriak) Lapangan Sarigading milikku !!!
RAHAYU :Punya kami !
AGUS :Punyaku !
RAHAYU :Kami !
AGUS :Punyaku !!! (Suwiryo masuk)
SUWIRYO :Ada apa berteriak-teriak ? Mengapa ?
RAHAYU :
Ayah, coba terangkan sama orang ini, siapa yang memiliki lapangan Sarigading, dia atau kita ?
SUWIRYO :Agus, lapangan Sarigading adalah milik kami.
AGUS :Masya Allah, Pak Suwiryo ! Bagaimana bisa jadi milik sampeyan ? Cobalah sedikit adil. Nenek bibiku meminjamkan lapangan tersebutkepada petani-petani kakek sampeyan, mereka telah memakainya selama 40 tahun, dan mereka menganggap bahwa tanah itu telah menjadi milik mereka. Tapi ketika perjanjian selesai maka tanah itu adalah milik kami.
SUWIRYO :
Maaf ya Gus, kau lupa bahwa petani-petani itu tidak membayar sewa kepada nenekmu, wel geduwel, karena justru hak tanah itu dipersoalkan, dan tak lama kemudian…………sekarang tiap anjingpun mengetahui kamilah pemiliknya, mungkin kau belum melihat petanya, Agus !

aDegan IV
Raden Suwiryo; menegaskan hak / sikapnya sebagai pemilik Lapangan Sarigading.

SUWIRYO : Ada apa berteriak-teriak ? Mengapa ?
RAHAYU :Ayah, coba terangkan sama orang ini, siapa yang memiliki lapangan Sarigading, dia atau kita ? Agus, lapangan Sarigading adalah milik kami.
SUWIRYO :Kenapa kalau iya ? Lalu kenapa kalau tidak ? Itu kan tidak berarti apa-apa. Tak ada lagi Lapangan Sarigading. Yg baik di daerah kita ini.
AGUS :Tapi Lapangan Sarigading. dari si Kliwon bukan ? Betul kan ?
SUWIRYO :Jangan terburu-buru Gus, duduklah.
AGUS :Maaf jantungku berdebar-debar. (tempo) Mari kita tinjau fakta-faktanya,
Kuingat juga....
SUWIRYO :(menirukan) Kuingat juga. Apa yang kauingat ??
AGUS :Jantungku berdebar-debar, kakiku sudah hilang rasa semua, aku tak bisa.
RAHAYU :(menirukan, sinis) Jantungku berdebar-debar, itukah sikap seorang pemburu ? Merengek ? Hei Agus,…….. kau seharusnya berbaring di ranjang dan minum obat kuat, daripada mempermasalahkan lapangan punya kami . Huuh, jantungku berdebar-debar, huh.
SUWIRYO :Ya benar. Itukah seorang pemburu ? Dengan penyakit jantungmu itu seharusnya kau tinggal dirumahdaripada terguncang-guncang diatas kuda.
Kalau kau betul-betul seorang pemburu ya tak apalah, tapi kau cuma ikut-ikutan untuk bertengkar dan ikut-ikutan campur tangan urusan lapangan atu tanah punya orang lain, wel geduwel bleh. Aku cepat marah Agus. Lebih baik kau hentikan saja perbantahan ini. Kau-bukan-seorang-pemburu !!
AGUS :(bangkit menantang) Dan kau ? Apakah kau juga seorang pemburu ? Kau ikut kan hanya untuk korupsi dan menjilat hati pembesar-pembesar. Ooh jantungku. Kau ikut orang……… berkomplot !!
SUWIRYO :Apa ?? Aku orang berkomplot ??!! (berteriak) Tutup mulutmu !!
AGUS :Tukang komplot.
SUWIRYO :Pengecut, arek umbaran !
AGUS :Tikus tua ! Rentenir ! Lintah darat !!
SUWIRYO :Tutup mulutmu atau akan kubunuh kau dengan senapan ayam liar. Goblok!!
AGUS :Setiap orang mengetahui……. oh jantungku………. bahwa istrimu dulu suka memukulimu……. Ooooh…….. jantungku………… bahuku………. mataku………. aku pasti mati……… oohh……………
SUWIRYO :Daripada raimu itu, suka ngintip babu-babu tetangga.
AGUS :Oh…..oh……oh……. jantungku pasti hancur ini, pundakku sudah linu. Kenapa dengan pundakku ? Oooohh…… aku pasti mati (jatuh ke lantai)
SUWIRYO :Setan alas ! Pengecut ! Clipir ! Guoblok ! Aku merasa panas…………. (terduduk) tolol…… tolol…… tolol………..(minum)
RAHAYU :Seorang pemburu apa kau ? Tidak tahu sedikitpun soal menunggang kuda…….. Ayah !! Kenapa dia ? (berteriak) Ayah, ayah ! Lihatlah dia ! Lihatlah Agus, yah ! Oohh dia mati !
SUWIRYO :Aku merasa lemas, sudah bernafas kurang hawa.
RAHAYU :Ia mati……..! Ia mati……..!!
SUWIRYO :Siapa yang mati ? (melihat Agus) Ia benar-benar telah mati, Ya Allah ! Dokter !! (meletakkan air di bibir Agus) Minum……. ia tidak mau minum. Jadi dia mati, wel geduwel bleh………… mengapa aku tak menembak diriku ? Beri aku pistol…….. pisau…………! (Agus bergerak-gerak) Kurasa dia hidup……..minum, minumlah Agus….…..
AGUS :Dimana aku ?? (nggliyeng)
SUWIRYO :Sebaiknya kau segera kawin, wel geduwel bleh, persetan kalian. Dia menerima kamu. Aku berikan anakku.
AGUS :Ahh siapa ? (bangun) Siapa ?
SUWIRYO :Ia menerimamu dan persetan kalian.
RAHAYU :(hidup) Yaaa……. Yaaaa…… kuterima kau.
SUWIRYO :Jabatlah nak, jabatlah tangannya wel geduwel bleh.
AGUS :Haa, apa ? Aku gembira, maaf ada apa sebenarnya ? Oohh ya, aku mengerti. Jantungku berdebar-debar, kepalaku pusing. Aku senang Rahayu yang manis.
RAHAYU :Aku……. Aku juga senang Agus Budiono.
SUWIRYO :Nah………… selesailah sudah satu persoalan di dalam kepalaku.
RAHAYU :Tapi kau harus terima sekarang, tanah itu punya kami
AGUS :Haa ? Oh dia lebih cerdik Rahayu Wulandari sing ayu dhewe.
RAHAYU :Ia kurang cerdik !
AGUS :Ia lebih cerdik !
RAHAYU :Kurang !
AGUS :Lebih !
RAHAYU :Kurang !
AGUS :Lebih !
SUWIRYO :Naahhh ! Inilah permulaan hidup sepasang suami istri………..!! Wel geduwel bleh ! Bakso ! Bakso ! Tahu Campur ! Lontong balap ! Kikil ! Rujak Cingur ! Semanggi ! Kupang ! Tahu Tek ! Tek ! Tek ! Tek !
Kita pesta ! Kita pesta !! Kondangan Rek !!

- The End -
_________________________________________________________